Pelatihan Fisioterapi -Sri Wulandari rutin menjalani fisioterapi dua hari sekali di klinik Fisioterapi Centre Semarang. Diantar anaknya, Sarah Puspa, Sri menjalani terapi satu jam di setiap sesi. Menurut Sarah, terapi dilakukan sejak Agustus lalu lantaran gangguan pada sendi bahu kanan sang ibu. “Sebenarnya, mau dioperasi. Tapi, usia ibu yang sudah tua membuat dokter tidak menyarankan operasi,” ujar Sarah. Melalui terapi, Sarah berharap sang ibu tidak merasakan sakit dan bisa menggerakkan tangan. “Yang penting masih bisa menggerakkan tangan, kalau dilatih terus-menerus akan mereda sakitnya,” harap dia.

Fisioterapi juga dijalani admin perusahaan swasta, Eko Purnomo (30). Eko menjalani fisioterapi setelah punggung terasa nyeri ketika duduk selama tiga jam. “Padahal, saya tidak punya riwayat sakit punggung atau pernah jatuh,” kata Eko.

Terapis yang membantu penyembuhan Eko pun akar gangguan kesehatan yang dialami Eko. Yakni, posisi duduk yang kurang benar. Saat bekerja, Eko mengaku, sering duduk serong.

Setelah diterapi dua bulan, keluhan gangguan di punggung tidak lagi dialami. “Sekarang, saya selalu memerhatikan posisi tubuh saya agar pas. Ini adalah peringatan terapis supaya nyeri di punggung saya tidak kambuh lagi,” terang dia.

Menurut terapis Fisioterapi Centre Endah Sri Rejeki, fisioterapi juga bisa dilakukan pada olahragawan untuk membantu penyembuhan cidera.

Namun, ini masih belum umum dilakukan di Indonesia. Kebanyakan, klub sepak bola masih menggunakan jasa pemijat tradisional dalam menjaga kesehatan atlet-atletnya. “Fisio terapi juga bisa memaksimalkan gerakan sehingga meningkatkan performa atlet,” tambahnya.

Fisioterapi pada umumnya berupa gerakan melatih otot dan persendian agar bisa bekerja maksimal. “Dalam kondisi tubuh sehat pun bisa dilakukan fisioterapi guna mencegah gangguan kesehatan pergerakkan,” ujar Endah.

Namun, biasanya, fisioterapi dilakukan pasien pasca operasi atau akibat kecelakaan untuk membantu pemulihan kesehatan. Menurut Endah, meski masih terdapat luka terbuka, fisioterapi dapat dilakukan. Bahkan, harus segera dilakukan agar otot-otot tidak kaku dan akhirnya tidak bisa digerakkan.

Endah mengatakan, latihan yang dilakukan mungkin tidak bisa mengembalikan kondisi pasien pulih seperti semula. Namun, pasien dapat melakukan gerakan lebih baik dengan kondisi tubuh yang ada.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *