Selama tinggal di Australia, sudah beberapa kali berurusan dengan rumah sakit  . Di sini ada dua kategori rumah sakit yaitu RS  pemerintah (gratis) dan RS  swasta . Alhamdulilah pelayanan mereka bagus sekali. Dokter dokter dan perawat  sangat sabar dan ramah. Mereka benar benar melayani dengan sepenuh hati. Bedanya jika ada pasien yang harus di operasi, maka ada masa tunggu di RS Pemerintah (gratis)  sedang di RS Swasta bisa langsung, maka diperlukan private insurance agar ngga terlalu berat bayarnya. Jika kita ngga bisa bahasa Inggris, mereka menyediakan penterjemah. Jadi ngga usah khawatir dan takut ke rumah sakit jika kita terpaksa harus kesana.

Semalam kira kira jam 7,  tiba tiba suamiku sakit perut disebelah kiri. Sakitnya datang dan pergi tapi semakin lama makin sakit. Langsung kutelpon anak buleku agar mengantar kami ke rumah sakit. Sebenarnya kami bisa telpon ambulance dan gratis  karena kami punya private insurance. Tapi suamiku ingin anaknya yang antar, kebetulan rumah berdekatan.Akhirnya berangkatlah kami ke Joondalup Hospital , hanya 20 menit dari rumah.

Tiba di Emergency Unit   sudah banyak orang yang antri untuk mendaftar.  Suami duduk kesakitan, anak buleku antri nunggu giliran, saya cuma bisa nangis sambil jagain suami. Rasanya ngga tega melihatnya. Suamiku orang yang paling tahan sakit, tapi kali ini dia ngga kuat sampe nangis dan keluar keringat dingin.

Tak lama kemudian giliran kami. Pertanyaan dari petugas soal nama, tanggal lahir semua saya yang jawab. Sambil nangis saya bilang tolong suami saya dulu, urusan administrasi biar anak kami yang urus.  Langsung petugas datang membawa kursi roda dan suami di bawa kedalam bersama saya. Di ruang emergency hanya satu orang yang boleh mendampingi. Di sini  pasien datang silih berganti, memang benar rumah sakit ini salah satu RS tersibuk di emergency room nya.

Suami ditangani dengan cepat, iapun kelihatan mulai tenang setelah diberi pain killer, di infus dan diberi oxygen. Perawat datang bergantian dengan senyum ramah mereka. Dokter menduga batu ginjal tapi harus di scan dulu untuk memastikan. Tak lama suami dipindahkan keruang observasi dan harus menginap karena pagi pagi sekali akan di scan dan x ray.  Sayapun pulang tengah malam, sambil terus berdoa dan nangis. Anak buleku saya suruh pulang sejak tadi karena besok pagi ia harus kerja. Rasanya beda banget di rumah sendirian dan sampai jam 4 pagi ngga bisa tidur…sedih banget. Anak anak di Indonesia mendoakan dan terus kasih semangat pada saya agar jangan stress.

Pagi hari saya berangkat kembali ke rumah sakit. Senang melihat suami sudah tertawa lagi. Tak lama dua orang dokter datang yaitu dokter SW (Senior Doctor) cowok dan Dokter CW ( Yunior Doctor) cewek. Dokter CW menjelaskan semua dengan detail , sambil menggambar dimana letak batu ginjal yang ukurannya sangat kecil  itu. Sedang dokter CW sibuk mencatat. Beberapa kali kedua dokter itu bertanya, ” Adakah yang ingin kalian tanyakan?”   Kebetulan nih didepan dokter, biar suami mau minum air putih yang banyak. Saya tanya soal air putih dan dokter menjawab bahwa air putih itu sangat bagus untuk ginjal.

Setelah menginap satu malam, dokterpun mengizinkan pulang dan memberi resep obat yang harus ditebus ( kalau obat harus bayar tapi murah sekali utk pensioner ) tapi rumah sakitnya gratis. Alhamdulilah ya Allah suamiku tersenyum lagi. Dimanapun berada saya berdoa agar keluarga kami sehat selalu. Sakit itu ngga enak banget….

Dalam perjalanan pulang dari rumah sakit, pikiran saya melayang ke Indonesia.  Saya melihat pelayanan rumah sakit swasta (International)  sangat bagus seperti Eka Hospital BSD, sangat mahal pula biayanya. Apakah rumah sakit pemerintah di Indonesia juga bagus pelayanannya? Entahlah saya kurang tahu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *