Belakangan ini media massa menyajikan pandangan yang pro dan kontra terhadap draf Komisi Penyiaran Indonesia tentang Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran. Sebagian orang merasa apa yang diperdebatkan itu tak berkaitan langsung dengan kepentingan mereka, apalagi untuk anggota keluarga di rumah. Padahal, justru merekalah menjadi konsumen utama siaran televisi. Apa yang ditampilkan pesawat televisi di ruang keluarga sehari-hari bakal mewarnai kehidupan keluarganya kini, bahkan sampai masa mendatang. Sayangnya, selama ini bisa dikatakan tak banyak orang tua yang memberi perhatian pada pengaruh televisi terhadap tingkah laku atau kebiasaan anak-anaknya.
Sebuah penelitian tentang pengaruh televisi dan kemampuan otak anak yang dilakukan para ahli dari University of Washington, Seattle, Amerika Serikat, dan dimuat dalam jurnal Pediatrics menyebutkan, televisi telah mengubah cara berpikir anak. Anak-anak yang terlalu banyak menonton televisi biasanya akan tumbuh menjadi sosok yang sulit berkonsentrasi dan kurang perhatian pada lingkungan sekitar. Mereka hanya terpaku pada televisi.
Penelitian yang melibatkan lebih dari 2.500 anak itu juga menyebutkan bahwa satu jam menonton televisi sehari pada anak-anak usia 0 sampai tiga tahun akibatnya baru tampak ketika mereka berusia sekitar tujuh tahun. Sebagian anak itu mengalami problem berkonsentrasi. Padahal di Jakarta, misalnya, tak jarang seorang ibu justru mendudukkan anak balitanya di depan televisi agar si anak mau makan, atau supaya anaknya asyik menonton televisi sementara si ibu mengerjakan pekerjaan lainnya. Mereka tak sadar bahwa tayangan televisi itu akan mempengaruhi perkembangan otak si anak.
Pada usia balita perkembangan otak tumbuh pesat, dan ini dipengaruhi oleh stimulasi yang diterima si anak dari lingkungan sekitarnya. Agar tak menimbulkan masalah pada anak di kemudian hari, The American Academy of Pediatrics bahkan merekomendasikan agar orang tua tak membiarkan anaknya yang berusia di bawah 8 tahun untuk menonton televisi. Keprihatinan mengenai pengaruh menonton televisi terhadap anak mendorong diadakannya sejumlah penelitian ilmiah untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap sikap dan perilaku anak dan apakah pengaruh ini langsung terjadi, dalam jangka panjang, atau keduanya.
Oleh karena itulah sebaiknya orang tua tidak menyerahkan begitu saja seleksi acara yang bisa ditonton anaknya pada pengelola stasiun televisi. Jangan berharap stasiun televisi hanya menayangkan program yang cocok untuk semua umur pada jam di mana biasanya anak belum tidur. Sebagai bagian dari industri, stasiun televisi lebih menyandarkan diri pada kepentingan bisnis demi kelangsungan hidupnya. Bisa jadi mereka tidak terlalu peduli apakah program itu berpengaruh buruk atau baik untuk keluarga Anda. Salah satu faktor yang menjadi perhatian pengelola stasiun televisi adalah bagaimana membuat program yang bisa menarik minat pengiklan.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT ANAK PADA TELEVISI
Usia. Anak prasekolah menunjukkan minat yang lebih besar pada televisi ketimbang anak usia sekolah yang mempunyai perhatian bermain yang lebih luas dan teman bermain yang lebih banyak, serta lebih kritis mengenai segala sesuatu yang dilihatnya di televisi.
Jenis kelamin. Dari segi usia, anak laki-laki lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton televisi ketimbang anak perempuan. Anak laki-laki menganggap membaca lebih sulit ketimbang anak perempuan, juga siaran televisi yang berpusat pada adegan yang menegangkan lebih disukai anak laki-laki.
Inteligensi. Pada semua usia, anak yang pandai kurang memperoleh kepuasan dan televisi ketimbang teman sebayanya yang kurang pandai dan mereka lebih cepat kehilangan minatnya.
Status ekonomi. TV lebih populer bagi anak yang berasal dari kelompok ekonomi rendah ketimbang kelompok yang lebih tinggi Hal ini terutama benar dengan meningkatnya usia anak, yang sebagian karena anak dalam kelompok lebih rendah kurang memiliki kesempatan untuk dapat melakukan bentuk bermain yang lain
Prestasi akademik. Pada setiap tingkatan usia, siswa yang pandai kurang tertarik pada televisi ketimbang siswa yang kurang panda, Mereka sering menganggapnya pemborosan waktu untuk menonton acara yang disajikan.
Penerimaan sosial. Terdapat hubungan yang era antara jumlah penerimaan sosial yang dinikmati anak dan perhatian mereka pada TV Semakin mereka diterima semakin kurang perhatiannya pada televisi dan sebaliknya.
Kepribadian. Televisi lebih menarik anak yang penyesuaiannya buruk secara pribadi dan sosial ketimbang mereka yang baik penyesuaiannya. Anak yang introvert lebih banyak menonton TV ketimbang anak extrovert.
Oleh karena itu, hendaknya semua orang tua mengetahui apa sebenarnya yang disaksikan oleh anak mereka pada layar televisi. Mereka yang harus menentukan dan memutuskan apakah suatu acara pantas atau tidak untuk anak-anak mereka. Dalam hal ini, mereka hendaknya tidak segan-segan mempergunakan tolok ukur mereka sendiri dalam memaksakan pembatasan-pembatasan mengenai waktu dan acara televisi yang boleh ditonton oleh anak-anak mereka.