Pelatihan Rumah Sakit | Perawatan Lansia-Perawatan mental bagi warga lanjut usia (lansia) diakui Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Eka Viora masih terabaikan karena orang masih lebih mementingkan mengenai kesehatan fisik. “Kalau (kesehatan) fisik mungkin orang sudah ‘aware’ (sadar) tapi kalau mental belum semua orang sadar,” kata Eka di sela-sela Sarasehan dan Workshop dalam rangka Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di Jakarta, Kamis (10/10).

Kesehatan mental disebut Eka sangat penting karena akan mempengaruhi kondisi kesehatan secara umum.

“Harus bisa memahami perilaku supaya mereka bisa lebih mandiri. Para caregiver harus sudah tahu ini,” kata Eka.

Eka mencontohkan timbulnya depresi pada lansia mudah terjadi karena depresi seringkali merupakan penyakit ikutan dari penyakit lain dan gangguan kesehatan pada lansia seringkali merupakan gangguan multipatologis atau gabungan dari beberapa penyakit sehingga mempertinggi kemungkinan timbulnya depresi.

Hal ini ditekankan Eka akan sangat penting karena Indonesia, seperti juga banyak negara di dunia, sedang menghadapi penambahan pesat populasi lansia yang disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup.

“Salah satu tantangan yang kita hadapi adalah ancaman ‘triple burden’ yaitu jumlah kelahiran tinggi, masih dominannya penduduk muda dan jumlah lansia yang terus meningkat,” ujar Staf Ahli Menteri Kesehatan bidang Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat Yusharmen.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) di kawasan Asia Tenggara 8 persen populasi adalah lanjut usua (lansia) atau sekitar 142 juta orang.

Pada tahun 2050 diperkirakan usia harapan hidup di sebagian besar negara Asia Tenggara akan menjadi lebih dari 75 tahun.

Beberapa dampak kesehatan pada lansia adalah timbulnya penyakit degeneratif, penyakit tidak menular, masalah kesehatan jiwa dan gangguan neurologi.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, beberapa penyakit yang dominan dialami oleh lansia adalah gangguan sendi, hipertensi, katarak, stroke, gangguan mental emosional, penyakit jantung dan diabetes mellitus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *