Pelatihan Rumah Sakit | Diklat Rumah Sakit-Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Selatan menjelaskan mempunyai 17 Puskesmas dan masih berfungsi semuanya. “Kita memiliki puskesmas, tiap kecamatan satu. Semuanya masih jalan, bahkan di tiap Puskesmas itu ada dua dokter dan perawat yang melayani masyarakat tiap harinya,” ujar dr Ternie Paruntu, Kepala Dinkes Minsel, Selasa (28/5/2014). Hanya menurutnya, ada beberapa kekurangan, seperti tenaga bidan dan peralatan.” Tetapi secara umum dianggap sudah memadai,” ujar dia.

Ternie mengatakan, kebanyakan warga jika sakit langsung membawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan dengan mengabaikan keberadaan Puskesmas.”Sebenarnya di Puskesmas pasien bisa mendapatkan perawatan dasar. Kalau penyakit awal atau ringan bisa dirawat di Puskesmas, dan kalau tidak bisa dilakukan perawatan di Puskesmas, baru dibawa ke Rumah Sakit,” jelasnya.

Namun berbeda dengan Puskesmas, kondisi Puskesmas Pembantu di hampir semua dareah terbengkalai atau tak berfungsi.

Padahal umumnya, semua sudah memiliki gedung, namun tidak dimanfaatkan, sehingga pasien harus pergi langsung ke Puskesmas atau rumah sakit, dan itu sudah sejak lama dibiarkan, berbagaimacam alasan pun dilontarkan.

“Bagaimana mau dimanfaatkan, gedung Pustu yang rata-rata dibangun, tidak dilengkapi dengan fasilitas air bersih, listrik, dan WC atau kamar mandi, bagaimana mau kerja kalau gelap misalnya,” jelasnya.

Ia mengatakan, di Minsel ada sekitar 80 Pustu yang tersebar, dan sementara masih bergabung masing-masing dengan Puskesmas. Selain itu, menurutnya yang menjadi kendala, yaitu tenaga kesehatan.

“Kita sangat kekurangan tenaga kesehatan, sehingga untuk penempatan di Pustu, sangat susah, makanya kami membutuhkan banyak sekali tenaga kesehatan,” ujar Paruntu.

Dijelaskannya, memang untuk sementara Pustu belum bisa dilaksanakan, dan kalaupun bisa, mungkin baru setengahnya saja yang akan berjalan.

Ada hal lain yang menghambat berjalannya Pustu, yaitu perlengkapan yang akan digunakan, masih minim atau bahkan belum ada sama sekali.

“Kita kurang diperalatan, dan tenaga kesehatan, sehingga memang sangat susah untuk dilaksanakan, mungkin suatu saaat difungsikan lagi,” jelasnya.

Beberapa Pustu nampak terbengkalai, meski sudah ada bangunannya.”Sebagian besar menggunakan bangunan pemerintah,” ujarnya.

Nampak seperti di desa Wanga misalnya, ada bangunan Pustu yang terlihat, tapi tertutup rapat, dan sudah ditumbuhi rumput, namun secara keseluruhan bangunan masih terlihat bagus.

Begitu juga bangunan Pustu yang ada di desa Pakuure saat ini sudah tutup, tidak ada pelayanan lagi, namun gedungnya masih terawat bagus.

“Beberapa waktu lalu ada, namun sekarang sudah tidak ada lagi pelayanan, dan biasanya gedung Pustu itu hanya digunakan kalau ada Posyandu, tapi untuk setiap hari tidak ada,” ujar Nontje, warga Pakuure.

Ia dan warga lainnya berharap, agar Pustu tersebut dapat berfungsi kembali seperti semula.”Supaya kami bisa mendapat perawatan jika ada sakit mendadak,” jelas dia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *