Rupiah demi rupiah yang dikumpulkan para dermawan Indonesia telah menampakkan wujudnya di Jalur Gaza, kawasan Palestina yang kini didera blokade Zionis Israel. Di utara Gaza, tepatnya di kawasan Bayt Lahiya, Rumah Sakit Indonesia telah memasuki tahap akhir pembangunan. Bangunan rumah sakit tersebut terdiri atas dua lantai dan satu basement, tampak kokoh berdiri tanah sekitar 1,6 hektare.Bentuknya yang khas, didesain segi delapan, menyerupai bentuk Masjid Qubbah As-Sakhrah di dalam kompleks Masjid Al Aqsha, Yerusalem, membuat rumah sakit ini menonjol di lingkungannya. Namun, keberadaan rumah sakit tersebut juga dengan lingkungan di sekeliling yang dalam lima tahun terakhir ini telah dipenuhi dengan puluhan unit apartemen lima sampai 10 lantai dan kompleks sekolah di sana. Dulunya kawasan ini termasuk daerah pertanian.
Kompleks apartemen di kawasan itu dibangun oleh donatur perorangan dari sebuah Negara Teluk. Sementara, sekolah-sekolah di kawasan ini dibangun atas bantuan donatur dari negara Turki.
Setiap hari, di depan rumah sakit berlalu lalang anak-anak sekolah dan juga warga setempat yang akan pergi ke tempat kerja mereka di kawasan lain Gaza.
Maklum, karena tempatnya yang boleh dikatakan di ujung utara Gaza, hanya sekitar 2,5 km dari perbatasan dengan Israel, kawasan ini relatif sepi dari aktivitas bisnis.
Dalam perjalanan pergi dan pulang, warga sering menyempatkan diri mampir ke kompleks rumah sakit itu, terutama untuk meneguk segelas air bersih gratis yang disediakan khusus di halaman rumah sakit tersebut—untuk melepas dahaga mereka.
Saat mampir, warga kadang bertanya, kapan rumah sakit ini akan selesai. Mereka berharap rumah sakit itu bisa memudahkan mereka untuk mengakses pelayanan kesehatan, tak perlu jauh-jauh lagi pergi ke rumah sakit di kawasan lain di Gaza.
Kapan waktu itu akan datang? Walaupun bangunannya hampir 100 persen selesai, untuk operasional rumah sakit itu masih membutuhkan dana Rp 65 miliar guna pengadaan peralatan medis di sana.
Gedung rumah sakit ini mulai dibangun sejak Mei 2011. Dana mencapai Rp 35 miliar telah tertanam untuk pembangunan bangunan utama rumah sakit (seluas 9,600 meter persegi) dan juga gedung manajemen rumah sakit.
Dana tersebut murni dari sumbangan masyarakat Indonesia. Dana itu juga akan dipakai untuk membangun infrastruktur lingkungan rumah sakit (jalan, pagar, taman, dan saluran pembuangan air)