peralatan ebolaPelatihan Rumah Sakit | Diklat Rumah Sakit-Profesor Tjandra Yoga Aditama melalui surat elekroniknya pada Tempo, Jumat malam, 19 September 2014 menjelaskan tentang hasil kunjungannya ke Rumah sakit Tan Tock Seng di Singapura pada awal pekan ini. Tjandra yang kini menjabat sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengatakan.  “Di RS Tan Tock Seng baru saja membangun ruangan isolasi untuk Ebola. Di halaman luar tersendiri dan terdiri dari tujuh kamar dengan tekanan negatif. Soal standarisasi kurang lebih sama dengan yang ada di Indonesia dan negara lain. Yang berbeda, setiap pasien dilengkapi dengan alat radio frequency identification (RFID). Yaitu alat sebesar sekitar 10 sentimeter dengan ketebalan sekitar setengah sentimeter yang ditempelkan di pasien, dan langsung bisa memonitor suhu dan keberadaan si pasien,” kata dia.

Hal yang menarik juga diceritakan Tjandra bahwa di rumah sakit ini adanya unit khusus yaitu Bed Management Unit (BMU). Dijelaskan Tjandra, rumah sakit ini secara ketat mengamati ketersediaan tempat tidur dan cara penanggulangan segera, sebab pada umumnya rumah sakit biasa selalu penuh.

“Selain itu, rumah sakit ini menerapkan sistem komputerisasi pengunjung yang akan besuk ke rumah sakit. Setiap yang akan masuk harus men scan bar code dipada indetitas atau kartu tanda pengenal (KTP) masing-masing untuk membuka pintu ke arah lift ruang rawat. Kalau pembesuk satu pasien sudah empat orang maka otomatis pintu tidak bisa terbuka. Dan para pembesuk lain akan masuk dalam daftar waiting list. Kalau salah seorang dari empat orang itu keluar maka pintu dapat dibuka oleh salah seorang pembesuk yang waiting list,” kata Tjandra. (Baca: Cegah Ebola, Kemenag Fokus Kesehatan Jemaah Haji)

Selain itu, Tjandra juga memaparkan sisi menarik lainnya yaitu tentang sistem ventilasi di dalam rumah sakit ini. Kemudian seluruh gedungnya memiliki mesin pendingin, tetapi kipas angin juga dinyalakan dengan jendela yang dibuka sebagian. “Sepintas terkesan seperti pemborosan, namun menurut mereka sistem ini bahkan lebih baik dan membuat pasien nyaman. Mereka menyebut sistem ini dengan “Spot cooling”, ” kata Tjandra.

Spot cooling ini memiliki tiga maksud yaitu suhu udara terjaga, tidak panas dan juga tidak terlalu dingin. Kemudian ventilasi terjaga sehingga penularan penyakit khususnya yang lewat “airborne” bisa dikurangi. dan yang ketiga, udara dari luar ruangan juga dapat mempengaruhi kesegaran ruang rawat dan lain-lain.

Tjandra memberikan acungan jempol pada kegiatan riset yang dilakukan di rumah sakit ini dan keprofesionalitasnya. Yaitu, di rumah sakit ini memiliki laboratorium riset khusus yang berbeda dengan laboratorium yang digunakan untuk pemeriksaan rutin pasien di rumah sakit lain.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *