Pola asuh memegang peranan penting dalam perkembangan anak, umumnya pada aspek psikologi dan sosial. Sebab, lingkungan tanpa disadari turut membentuk karakter dan perilaku anak.
Walau tiap orangtua memiliki pola asuh berbeda, tapi deretan tips berikut ini dapat diterapkan guna membantu anak memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Dengan demikian, ia diharapkan mampu mencapai potensi maksimal di masa mendatang.
1. Membantu anak-anak mengenali jenis emosi yang mereka alami
Masa kecil merupakan momen penting bagi anak untuk belajar mengelola emosinya dengan baik. Namun untuk mencapainya, orang tua harus terlebih dahulu mengenalkan berbagai jenis emosi, mulai dari marah, kecewa, cemas, takut, malu hingga bahagia.
Mengenali jenis emosi membantu mengidentifikasi emosi yang dialami anak-anak. Ini membuatnya lebih mudah untuk menemukan cara untuk menangani perasaannya. Penting juga untuk membiarkannya mengekspresikan berbagai jenis emosi tanpa menilai emosinya. Misalnya ketika anak bersedih. Ia dipersilakan menangis hingga merasa lega. Menangis merupakan cara yang sehat untuk meluapkan kesedihan dan ini berlaku juga baik untuk anak perempuan atau laki – laki.
2. Walk the talk alias memberi contoh yang baik kepada anak
Anak merupakan peniru ulung. Seperti spons, ia menyerap segala sesuatu di sekitarnya dan menyimpan pengetahuan ini dalam memori otaknya. Tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini dapat mempengaruhi sikap dan perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan kata lain, semua berawal dari kita selaku orangtua. Jadilah contoh yang baik jika ingin membentuk versi terbaik buah hati. Memiliki sifat walk the talk sangat dianjurkan dalam hal ini.
Artinya, apa pun yang ditanamkan kepada anak harus benar-benar diimplementasikan langsung oleh orangtua di kehidupan nyata. Contohnya, jika ingin membiasakan anak membaca buku. Orangtua juga harus memasukkan kegiatan ini sebagai rutinitas sehari-hari.
3. Hindari menghakimi anak-anak dan jadilah pendengar yang baik
Banyak orangtua mengeluhkan sifat anaknya yang tertutup dan gemar menarik diri. Padahal ini bisa saja karena ia merasa takut dihakimi jika bersikap terbuka.
Sejatinya, anak ingin didengarkan dan mendapat validasi dari orang-orang terdekatnya. Ini dapat membangun kepercayaan antar satu sama lain, serta menciptakan citra diri yang positif.
Tak dapat dimungkiri, menjalin kedekatan dengan anak juga bukan hal yang mudah. Oleh karena itu, dekati anak secara perlahan dan bersikaplah layaknya teman dekat agar ia merasa nyaman. Ketika ia mulai bersedia membuka diri, pastikan orangtua menjadi pendengar yang baik dan memberi nasihat dengan cara yang lebih mudah diterima
4. Sertakan justifikasi di setiap aturan yang ditetapkan
Orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk sang buah hati. Tak jarang orangtua menerapkan aturan yang dirasa memberatkan dari sudut pandang anak. Sayangnya, banyak juga dari mereka yang tak menjelaskan makna atau alasan di balik larangan yang dilayangkan.
Tentu saja, orang tua tidak dapat mengharapkan anak-anak mereka untuk memahami niat dan niat baik mereka. Bukan tidak mungkin ketika anak pada akhirnya menganggap orang tuanya hanya otoriter. Oleh karena itu, ia memberikan pembenaran yang jelas untuk setiap aturan yang ditetapkan. Pada saat yang sama, itu membuat anak-anak berpikir secara rasional.
5. Ajak anak berdiskusi dua arah, asah pola pikirnya
Kecerdasan anak harus dilatih dan dipacu sejak dini. Hal itu bisa dilakukan dengan mengajak ia berdiskusi soal berbagai hal, baik yang bersifat pribadi maupun topik yang tengah hangat diperbincangkan.
Kegiatan ini dinilai mampu membantu anak berpikir kritis, mengembangkan kerangka berpikir logis, serta menyusun argumentasi yang sistematis. Tentunya ini hanya dapat dicapai jika orangtua bersikap terbuka dan melihat anak sebagai partnerdiskusi sehingga tidak underestimate pendapat anak.
Penerapan pola asuh yang tepat memberikan dampak signifikan pada anak, lho. Menanamkan nilai-nilai di atas juga diharapkan dapat mendorong anak lebih percaya diri, sehingga ia bisa meraih potensi maksimalnya di masa mendatang.