Pelatihan Rumah Sakit | Diklat Rumah Sakit-TERJADI setidaknya 10.000 kasus trauma tulang belakang setiap tahun di Amerika Serikat. Semua kasus trauma pada daerah tulang belakang harus dikategorikan sebagai cedera parah, sehingga harus diberikan pertolongan pertama di lapangan dan transportasi ke rumah sakit terdekat dengan penuh kehati-hatian sesuai standar medis untuk penderita yang serius.Pasalnya, pertolongan yang tepat dan hati-hati, sangat penting untuk men­cegah kerusakan neurologis yang lebih lanjut, serta memberikan kesembuhan maksimal fungsi neurologis kelak pada masa kesembuhan.

Jika tidak dilakukan dengan hati-hati, akan menyebabkan nyeri semakin hebat pada daerah fraktur. Pasien menjadi mudah gelisah sehingga memperparah cedera, bahkan menimbulkan cacat neurologis di kemudian hari yang menelan biaya rehabilitasi medis yang tidak sedikit.

Kecelakaan lalu lintas memberikan kontribusi sekitar 44 persen dari semua kasus fraktur atau patah tulang bela­kang. Menyusul kejadian terjatuh dari ke­tinggian 24 persen, kecelakaan olah raga sebesar 22 persen, dan sisanya an­tara lain kecelakaan di tempat kerja. Ja­rang trauma tulang belakang berdiri sen­diri. Hampir selalu disertai dengan cedera jaringan lunak (ligamentum, otot, diskus intervetebral, bahkan robekan pada medulla spinalis) di sekitar fraktur.

Peran pemeriksaan rontgenologis amat penting dalam menentukan cedera bersifat stabil atau tidak. Tetapi perlu 4 posisi pengambilan foto rontgen, yaitu po­sisi anteroposterior, lateral (dari sam­ping), oblik kanan, dan oblik kiri. Pe­me­rik­saan rontgenografi berguna untuk me­lihat keutuhan tulang vertebra dan ada­nya pergeseran tulang belakang. Se­mentara, pemeriksaan CT-scan ber­manfaat untuk melihat gambaran irisan 2 dimensi. Sedangkan, MRI berguna untuk melihat kerusakan jaringan lunak yang melekat pada tulang belakang (ligamentum dan otot), diskus intervertebralis, dan cedera medula spinalis.

Perlu Terapi Tepat

Integritas (keutuhan) ligamentum pos­terior yang melekat pada arkus vertebral memegang peran penting dalam stabilitas kontur dan susunan tulang bela­kang.

Bila ligamentum posterior mengalami robekan, maka fraktur bersifat tidak stabil. Fraktur tidak stabil artinya fragmen tulang yang patah dapat bebas bergeser meskipun dengan gerakan tubuh normal, sehingga berpotensi me­nimbulkan cedera pada medula spinalis.

Sebaliknya fraktur stabil adalah ligamentum posterior tidak mengalami ke­rusakan, sehingga fraktur tulang bela­kang tidak mengalami pergeseran letak dan kurang berpotensi menimbulkan cedera pada medula spinalis. Fraktur kompresi (wedge fracture) dan fraktur remuk (burst fracture) pada korpus vertebra merupakan fraktur yang stabil. Fraktur stabil memiliki prognosis yang lebih baik ketimbang fraktur tidak stabil.

Pertolongan pertama untuk cedera tulang belakang meliputi penanganan darurat berupa penilaian kesadaran, kelancaran jalan napas, sirkulasi darah, dan kemungkinan perdarahan.

Setelah pertolongan pertama di lapangan, sesegera mungkin membawa penderita ke rumah sakit atau unit trauma spi­nal.

Sementara pemeriksaan klinis di rumah sakit meliputi pemeriksaan fungsi neurologis motorik, sensorik, dan refleks untuk mengetahui adanya fraktur pada vertebra dan kemungkinan cedera medula spinalis .

Dengan informasi yang lengkap dari hasil pemeriksaan medis maka diagnosis, terapi,  dan prognosis dapat dite­tapkan dengan tepat.

 Tetapi, mengatasi nyeri dan stabilisasi (imobilisasi, istirahat) pada tulang bela­kang merupakan terapi yang krusial bertujuan untuk mencegah keru­sakan neurologis ke arah lebih parah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *