Walaupun SFH, Tumbuh Kembang Anak Tetap Terjaga

Ilustrasi-ibu-menemani-anak-belajar.-Freepik

Pelatihan Tumbuh Kembang Anak – Sudah berjalan empat pekan segala bentuk aktivitas di luar mulai dibatasi sebagai suatu upaya pencegahan pandemi virus corona, salah satunya proses kegiatan belajar mengajar. Melalui Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, mengenai Penyelenggaraan Pendidikan Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19 yang memutuskan untuk memperpanjang masa belajar di rumah yang semula di tanggal 28 Maret, kini sampai tanggal 14 April. Dan mungkin saja proses KBM akan berlanjut di rumah sampai tahun ajaran akhir mengingat BNPB pun mengumumkan status darurat bencana nonalam ini sampai 29 Mei 2020.

Tak terkecuali Taman Kanak-kanak yang menerima dampak tersebut, padahal proses pembentukan karakter anak dimulai dari tingkat ini. Mengutip dari kajian rumpun keilmuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), anak yang berusia 0-8 tahun dikenal dengan ‘usia emas’. Untuk usia anak yang tengah menempuh PAUD dengan rentang usia 3-6 tahun disebut ‘kelompok bermain’. Euis Suryani, yang di tahun ini telah menginjak tahun ke-24 sebagai seorang guru TK. Walaupun tidak memiliki basic pendidikan sebagai guru TK, sejatinya dia sangat memahami pembentukan karakter dan mengenai tumbuh kembang seorang anak. Setelah pengalihan metode pembelajaran di rumah, dia tengah mengalami sedikit ‘dilema’ mengenai skenario study from home yang tengah berlangsung ini. Semula yang setiap pagi bersiap diri untuk berangkat mengajar dan disambut tawa riang anak-anak kini terpaksa harus diurungkan segala bentuk kegiatan yang sudah direncanakan sejak awal.

Sudah sebulan dia bersama rekan-rekan lainnya hanya bisa memantau anak muridnya melalui pesan elektronik. Terkadang segurat rona wajah sendu tampak, ketika membaca surat tertulis dari anak-anak. Mereka mengutarakan betapa rindunya akan sekolah, guru dan teman-teman. Salah satu isi surat yang dikirimkan salah seorang murid sebagai bentuk rasa rindu yang berbunyi, “Ibu aku mau belajar di Sekolah sama teman dan ibu guru. Semoga virus koronanya cepat hilang. – Nabil.”) “Di satu sisi gak boleh ngasih tugas buat anak-anak, tapi sisi lain pihak pengawas mendesak buat ngasih laporan soal kegiatan pembelajaran di rumah,” tuturnya sambil memeriksa laporan yang dikirimkan wali murid melalui WhatsApp Group. Belum lagi sebagian wali murid yang mulai merasa kewalahan membimbing anak-anaknya, mereka masih merasa pendidikan ya harus ditempuh dengan bersekolah bersama guru. Menyinggung hal tersebut, Euis mengatakan, keluarga merupakan madrasah pertama terlebih peran seorang ibu. Dia pun kerap memberikan pengertian kepada orangtua mengenai hal itu. Secara perlahan akhirnya para orangtua pun paham, sisi positif dari pandemi ini ialah parenting yang diuji. Sebagaimana seorang penyair ternama Hafiz Ibrahim mengungkapkan sebagai berikut: “Al-Ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq”. Artinya, Ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anaknya. Jika engkau persiapkan dia dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya.

Fasilitator Sejatinya guru memiliki peran sebagai fasilitator, bukan satu-satunya sumber informasi bagi peserta didik. Guru bertugas memfasilitasi pembelajaran kepada peserta didik yang sedang berlangsung sehingga mereka mendapatkan pengalaman belajar yang autentik dan nyata. Di tengah pandemi virus corona ini, para guru harus semakin mengasah diri agar pencapaian para peserta didik tetap tercapai walaupun tidak melalui tatap muka. Dengan adanya Study From Home ini tidak berarti menghambat proses tumbuh kembang anak. Mengingat pada rentan usia emas mereka sangat perlu untuk mengenal dunia luar. Euis menjelaskan, walaupun di rumah, justru pertumbuhan dan perkembangan anak lebih mudah terlihat oleh orang tua yang mana akan mengenali karakter sang anak. “Justru jadi lebih terpantau sama orang tua, mereka jadi tahu dan paham pembentukan karakter si anak itu gimana,” tuturnya. Sebagai fasilitator, Euis bersama rekan-rekan tetap mengoptimalkan untuk membantu orang tua dalam membimbing sang anak. Walaupun didesak untuk selalu memberikan laporan kepada pengawas, dia bersama rekan lainnya berupa untuk melakukan edukasi dengan berkreasi semenarik mungkin dan tidak memberatkan agar pencapaiannya tetap terasah.

Belajar di Rumah Pada masa keemasan ini, anak sudah mulai peka atau sensitif untuk menerima berbagai rangsangan. Maka dari itu terdapat beberapa aspek mengenai pencapaian perkembangan anak. Di antaranya nilai agama dan moral, motorik halus dan kasar, kognitif, bahasa, sosial emosional dan seni. Penilaian yang disebutkan sebelumnya tetap akan berlangsung walaupun metode belajar dialihkan untuk sementara waktu menjadi di rumah. Guru yang mana sebagai fasilitator tetap memberikan fasilitas kepada anak melalui orang tua. Bukan memberikan tugas, melainkan hal-hal yang biasa dilakukan dan dikerjakan di sekolah kini berlangsung di rumah. Orang tua dapat membimbing anak untuk mencapai penilaian tersebut dengan cara atau hal yang mudah, bahkan biasa dilakukan sehari-hari.

  1. Nilai Agama dan Moral Sebelum melaksanakan kegiatan dibiasakan mengucapkan bismillah dan sesudah selesai mengucapkan alhamdulillah dan mengucapkan salam. Selain itu orang tua dapat mengajarkan sang anak mengaji atau berdoa bersama setelah salat. Sederhananya bisa dengan mengajarkan anak membaca doa sebelum dan sesudah makan maupun doa mau tidur juga bangun tidur.
  2. Motorik Halus dan Kasar Motorik halus dikenal juga sebagai keterampilan. Hal ini dapat disajikan dengan cara orang tua mengajak anak ikut masak melalui memotong sayuran atau sekadar meremas-remas adonan. Sedangkan motorik kasar menjurus pada sesuatu hal yang bersifat fisik. Di sini orang tua dapat membimbing dengan cara berolahraga bersama, misalnya sekadar mundur maju atau melompat.
  3. Kognitif Fase ketika anak mulai memahami dan belajar memecahkan suatu masalah. Hal ini dapat diaplikasikan dengan cara mengurutkan bantal, guling dan selimut di tempat tidur. Atau menghitung banyaknya anggota keluarga.
  4. Bahasa Di sini anak bisa mengomunikasikan, mendengar, meniru apa yang nampak di hadapannya. Misalnya anak dapat melakukan dua perintah sekaligus seperti ambilkan piring dan sendok di meja.
  5. Sosial dan Emosional Seperti yang sudah diketahui bahwasannya di usia emas ini, anak seperti seorang pemburu yang ulung. Pada poin ini, orang tua dapat mengarahkan anak untuk sabar menunggu sarapan yang belum tersaji atau anak mau belajar makan sendiri (tidak disuapi).
  6. Seni Pada situasi seperti ini para orang tua dapat mengisi kekosongan waktu agar tidak bosan dengan cara mengajak anak untuk bernyanyi, bermain tebak kata atau berkreasi menghias kue. Bosan hilang, perut kenyang. Selain mengarahkan para orang tua untuk senantiasa study from home bersama anak, Euis bersama rekan lainnya pun kerap membagikan video singkat mereka yang sedang bernyanyi agar anak-anak tidak merasa jenuh serta sebagai pelepas rindu. “Kami tidak mengatakan adanya tugas, karena memang untuk anak seusia ini belum boleh menerima PR. Kan pemerintah mengimbau untuk belajar di rumah, metodenya saja yang diubah yang semula di sekolah ya sekarang di rumah aja,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *