Kelainan kelenjar tiroid pada anak yang baru lahir (hipotiroid kongenital) disebut bisa menyebabkan gangguan perkembangan dan pertumbuhan pada anak. Apalagi jika telat diobati, anak bisa jadi tidak bisa berbicara dan tumbuh seperti layaknya anak lainnya.Diungkapkan dr Aman Bhakti Pulungan, Sp(A)K, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bahwa prevalensi hipotiroid kongenital di seluruh dunia adalah 1:3.000 dengan prevalensi 1:900 di daerah endemik tinggi.”Jika angka kelahiran sebanyak 5 juta bayi per tahun di Indonesia, maka akan terdapat lebih dari 1.600 bayi dengan hipotiroid kongenital per tahun yang akan terakumulasi tiap tahunnya.” tutur dr Aman.Adapun gejala anak terindikasi hipotiroid ini adalah anak lahir bodong, ada beberapa bagian tubuh yang membengkak dan biasanya mengalami konstipasi. Sedangkan, efek lebih lanjut dari hipotiroid kongenital ini adalah anak bisa mengalami gangguan perkembangan dan pertumbuhan.
“Pada anak-anak, hormon tiroid berperan penting untuk perkembangan otak dan tumbuh
kembang. Gangguan tiroid ini dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang dan gangguan perilaku pada anak-anak dan bahkan mengakibatkan retardasi mental yaitu kondisi di mana anak sulit beradaptasi dan kecerdasannya rendah,” tutur dr Aman di sela-sela konferensi pers ‘Waspada Gangguan Tiroid’, di Grand Cempaka Hotel, Jakarta.
Lebih lanjut, dr Aman mengatakan pasien hipertiroid kongenital ini bisa sembuh. Anak bisa tumbuh dan berkembang dengan normal. Tetapi memang, hampir seumur hidupnya harus minum obat. Screening penyakit anak setelah lahir sangat penting agar kondisi kelainan ini segera diketahui
“Kalau hipotiroid masalahnya kita punya golden period. Golden period adalah satu bulan pertama saat masa kelahiran. Ada yang akhirnya tahu anaknya terkena (hipotiroid kongenital) tapi sudah terlambat untuk diterapi. Akibatnya anak sudah tidak bisa apa-apa (bicara),” terangnya